Isi Lengkap Pidato Jokowi di Sidang Majelis Umum PBB
Presiden Joko Widodo bersama para pemimpin negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lainnya menyampaikan pidato dalam sidang Majelis Umum PBB ke-76 yang diselenggarakan di New York, Amerika Serikat, pada Selasa (22/9).
Akibat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, Jokowi dan sebagian besar pemimpin negara lain menyampaikan pidato tersebut melalui rekaman video.
Isu vaksinasi Covid-19 dan pemulihan ekonomi pasca-pandemi masih mendominasi pidato para pemimpin negara di sidang tersebut.
Berikut isi lengkap pidato Jokowi dalam pertemuan tersebut:
Yang mulia Presiden Majelis Umum PBB,
Yang Mulia Sekretaris Jenderal PBB,
Yang Mulia Para Pemimpin Negara Anggota PBB,
Hasil sidang Majelis Umum PBB ini ditunggu oleh masyarakat dunia untuk menjawab kegelisahan utama dunia.
Kapan masyarakat terbebas dari pandemi? kapan perekonomian segera pulih dan tumbuh inklusif? Bagaimana menjaga ketahanan planet ke depan? Serta kapan dunia terbesar dari konflik dan perang?
Melihat perkembangan dunia saat ini, banyak hal yang harus kita lakukan bersama-sama,
Pertama, kita harus berikan harapan bahwa pandemi Covid-19 akan bisa tertangani dengan
cepat, adil, dan merata.
Kita tahu bahwa no one is safe, until everyone is.
Kemampuan dan kecepatan negara dalam menangani Covid-19, termasuk vaksinasi, sangat timpang. Politisasi dan diskriminasi terhadap vaksin masih terjadi.
Hal-hal ini harus bisa kita selesaikan dengan langkah-langkah nyata, di masa depan kita harus menata ulang arsitektur ketahanan kesehatan global (global health security system).
Diperlukan mekanisme baru untuk penggalangan sumber daya kesehatan global baik pendanaan vaksin, obat-obatan, alat-alat kesehatan, dan tenaga kesehatan secara cepat dan merata di seluruh negara.
Diperlukan standarisasi protokol kesehatan global dalam hal aktivitas lintas batas negara. Misalnya, perihal kriteria vaksinasi, hasil tes, mau pun status kesehatan lainnya.
Kedua, pemulihan perekonomian global hanya bisa berlangsung jika pandemi terkendali. Dan antar-negara bisa bekerja sama, saling membantu untuk pemulihan ekonomi.
Indonesia dan negara berkembang lainnya membuka pintu seluas-luasnya untuk investasi yang berkualitas, yaitu yang membuka banyak kesempatan kerja, transfer teknologi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, dan berkelanjutan.
Ketiga, komitmen Indonesia terhadap ketahanan iklim, pembangunan rendah karbon, serta teknologi hijau sudah jelas dan tegas.
Tetapi, proses transformasi energi dan teknologi tersebut harus memfasilitasi negara berkembang untuk ikut dalam pengembangan industri dan menjadi produsen teknologi.
Pandemi Covid-19 mengingatkan kita tentang pentingnya penyebaran sentra kebutuhan vaksin di dunia di banyak negara.
Keempat, kita harus tetap serius melawan intoleransi, konflik, terorisme, dan perang. Perdamaian dalam keberagaman, jaminan hak perempuan dan kaum minoritas harus kita tegakkan.
Potensi praktik kekerasan dan marjinalisasi perempuan di Afghanistan, kemerdekaan Palestina yang semakin jauh dari harapan, serta krisis politik di Myanmar harus menjadi agenda kita bersama.
Pemimpin ASEAN telah bertemu di Jakarta dan menghasilkan Five Points of Consensus yang implementasinya membutuhkan komitmen militer Myanmar.
Harapan besar masyarakat dunia tersebut harus kita jawab dengan langkah nyata dengan hasil jelas. Itu;ah kewajiban yang ada di pundak kita, yang ditunggu masyarakat dunia.
Itulah kewajiban kita untuk memberikan harapan masa depan dunia.
Yang Mulia, tahun 2022 Indonesia akan memegang Presidensi G20 dengan tema besar Recover Together, Recover Stronger.
Indonesia akan berupaya agar G20 bisa bekerja untuk kepentingan semua, untuk negara maju dan berkembang, utara dan selatan, negara besar dan kecil, negara kepulauan dan kepulauan kecil, pasifik serta kelompok rentan yang diprioritaskan.
Inklusif adalah prioritas utama kepemimpinan Indonesia. Inilah komitmen Indonesia untuk membuktikan bahwa no one left behind.
Ekonomi hijau dan berkelanjutan juga akan jadi prioritas. Indonesia paham bahwa Indonesia memiliki nilai yang strategis dalam isu perubahan iklim. Untuk itulah kami terus bekerja untuk memenuhi komitmen kami.
Pada tahun 2020, Indonesia berhasil menurunkan kebakaran hutan sebesar 82 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Laju deforestasi turun signifikan terendah dalam 20 tahun terakhir. Dalam tatanan global, Indonesia ingin kedepankan burden sharing menghadapi agenda bersama dunia yang sangat berat.
Indonesia kembali mengedepankan dukungannya terhadap multilateralisme. Sudah mendesak bagi kita mengawal multilateralisme yang efektif dengan kerja dan hasil yang konkret.
Let us walk together to recover together, recover stronger. Terima kasih.
(rds/rds)[Gambas:Video CNN]
0 Response to "Isi Lengkap Pidato Jokowi di Sidang Majelis Umum PBB"
Post a Comment