Gadis Pengunjung Cafe

TRING!! Suara pintu dari Coffee Shop bernama “Kopi Pelangi” berbunyi. Coffee Shop yang terletak di pinggir jalan ini merupakan salah satu Cafe yang lagi trend di Kota Bandung.

Cat tembok yang berwarna putih dan coklat di tambah konsep ruangan yang instagramable membuat para pengunjungnya kebanyakan adalah para remaja, Cafe ini menawarkan suasana yang nyaman bagi mereka yang memilih menghabiskan waktu dengan secangkir kopi.

Pagi ini Bandung sedang di guyur hujan,  seorang gadis dengan surai panjang berwarna coklat pun memasuki “Kopi Pelangi.” Matanya melirik setiap sudut yang ada di Cafe mencari kursi mana yang akan dia duduki, kemudian pilihannya jatuh kepada kursi yang berada di samping jendela besar dengan view jalan raya tersebut. Setelah ia duduk, seorang pria pun menghampiri mejanya.

“ Selamat pagi “ sapa seseorang dengan name tag bernama Dylan Pradewa.

“Mau pesan kopi Apa?” Tanya Dylan.

“Pagi. Hmm, Moccachino latte saja Kak” ujarnya.

“Siap, Atas nama siapa?”

“Letta” jawabnya dengan bibir yang melengkung sempurna.

“Oke Letta di tunggu sebentar” ujar Dylan. Yang dibalas anggukan oleh Letta pertanda mengiyakan.

***

Dylan adalah seorang Barista baginya menjadi seorang Barista bukan hanya sekedar pelayan yang bertugas membuat kopi melainkan lebih dari itu karena Dylan sangat menyukai Kopi, menurutnya rasa yang dihasilkan oleh Kopi ini seperti kehidupan, pahit dan manis menjadi satu namun bisa membuat seseorang ketagihan.

Di ruangan kecil berbentuk segi empat yang berada di tengah cafe inilah Dylan meracik segala jenis minuman yang ada di “Kopi Pelangi” mulai dari Kopi, Milkshake, ataupun Jus.

Dylan pun kini mulai meracik espresso yang di campur dengan bubuk coklat kemudian di aduk menjadi satu di tambah dengan susu cair yang telah di steam menghasilkan secangkir Moccachino yang siap di berikan kepada pengunjungnya pagi ini.

***

Wangi dari Kopi yang diracik pun kini mulai tercium di hidung Letta. Baginya Kopi dan Hujan adalah suatu yang berbeda namun memiliki efek yang sama bagi dirinya yaitu  sama-sama bisa membuat dirinya tenang.

“Satu Moccachino untuk Letta telah siap” seru Dylan sambil tersenyum.

“Terima kasih kak Dylan” balas Letta dengan membaca name tag di sudut kiri baju Dylan.

“Sama-sama Letta, kalo kamu butuh sesuatu kamu bisa panggil aku” tawar Dylan.

“Iya Kak Dylan” jawab Letta kembali tersenyum.

***

Setelah pekerjaannya meracik kopi dan melayani pengunjung yang datang, Dylan pun duduk di Meja Bartender memperhatikan seluruh pengunjungnya yang kini tengah menikmati kopi buatannya.

Matanya terhenti pada gadis manis pengunjung pertamanya hari ini. Wajahnya yang bulat serta mata yang dihiasi dengan bulu mata yang lentik, bibir tipis, dan hidung yang nyaris sempurna ini membuat Dylan kagum.

Letta terlihat fokus dengan handphone di genggamannya sambil tersenyum,  sesekali melihat ke arah jendela memastikan hujan yang kini mulai redah. Letta menyeruput kembali kopinya hingga tandas dan berdiri berjalan menuju meja bartender di mana kini Dylan tengah memerhatikannya.

Dylan yang merasa Letta sedang berjalan ke arahnya tiba-tiba merasakan detak jantungnya yang sedikit keras berpacu dengan langkah kaki Letta yang semakin mendekat ke arahnya.

“Kak Dylan” Panggil Letta.

“Iya ada yang bisa aku bantu?” jawab Dylan.

“Kopi buatan Kak Dylan enak. Rasanya pas banget, Aku suka” puji Letta.

“Syukur deh kalo kamu suka Let”

“Sudah lama kerja di sini Kak?” tanya Letta.

“Hmm, sudah lama kebetulan aku yang punya Cafe ini” cetus Dylan.

“Keren, pantas kopinya enak hehehe” seru Letta sambil mengancungkan jempolnya.

“hehehe aku cuman berusaha memanfaatkan hobby biar jadi penghasilan sih” balas Dylan sambil mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Ya sudah, aku pulang dulu Kak” pamit Letta.

***

Pagi pun berganti malam saatnya bagi Dylan untuk menutup Cafe, tetapi sebelum pulang ke rumah ia pun menyempatkan diri untuk menyeruput segelas kopi hitam kesukaannya. Hari ini entah mengapa Dylan merasakan kembali getaran dalam hatinya, ia merasa nyaman saat mengobrol dengan gadis bernama Letta yang menurutnya sangat ramah, tak jarang ada seorang pengunjung Cafe yang mau menegur hasil buatan kopinya. Kebanyakan dari mereka hanya berucap terima kasih kemudian kembali asyik dengan kesibukan masing-masing.

***

Hari demi hari pun silih berganti, dan setiap hari pula Letta pergi ke “Kopi Pelangi,” Letta dan Dylan pun semakin dekat. Setiap Letta datang ke Cafe mereka pun akan mengobrol bersama. Hingga suatu hari Dylan mengajarkan Letta cara membuat Moccachino kesukaannya.

“Kak Dylan kok rasanya beda sih sama buatan Kak Dylan” rajuk Letta setelah membuat Moccachino.

“Hahaha beda bagaimana sih kan takaran coklat bubuk dan susunya sama” Dylan pun menyeruput Moccachino buatan Letta.

“Bedakan Kak?” tanya Letta dengan bibirnya yang mengerucut.

“Kamu enggak pakai hati kali’ bikinnya” Ujar Dylan menahan tawa gemas melihat Letta.

“Buset ini jantung aku kenapa kenceng banget ya ngeliatin Letta” gumam Dylan.

“Kak Dylan. Hai malah bengong” panggil Letta sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Dylan.

“Eh nggak hehehe” sontak Dylan pun tersadar dari lamunannya.

“Aku pulang ya Kak sudah malam” pamit Letta.

“Aku anterin pulang mau nggak? Tawar Dylan.

Letta pun berpikir sejenak kemudian menggelengkan kepalanya “Nggak usah Kak”

“Serius nggak usah aku anterin? ini sudah  malam, nggak baik perempuan pulang sendiri malam-malam.” Terang Dylan.

“Hmm, kalo begitu aku mau di anterin Kak.”

***

Kini lagu dari penyanyi asal Amerika Adele berjudul “Someone Like You, “ mengalun indah di dalam mobil Dylan. Sepanjang jalan Dylan dan Letta sama-sama terdiam, hingga letta pun mulai membuka suara.

“Kak Dylan kenapa suka kopi?” tanya Letta.

“Karena kopi berbeda dari minuman yang lain. Menurut aku Kopi itu seperti kehidupan perlu proses yang panjang, Pahit yang ada di dalam kopi bukan alasan untuk berhenti meminumnya tapi pahit itulah yang membuat aku kecanduan” terang Dylan.

“Kamu sendiri kenapa suka minum kopi?” tanya balik Dylan.

“Karena kopi bisa mengubah mood aku yang tadinya sedih, frustrasi, menjadi lebih baik bahkan wangi dari kopi itu sendiri bisa membuat aku relax” jelas Letta.

“Berarti setiap kamu ke Cafe aku, kamu lagi sedih dong?” tanya Dylan.

Tak ada jawaban dari mulut Letta ia hanya mengangguk pasrah sambil melihat keluar jendela.

“Kamu bisa cerita sama aku Let, aku bakal dengerin” bujuk Dylan.

“Aku mengalami Complex trauma Kak dan sekarang aku sedang masa penyembuhan” ucap Letta.

“Complex trauma apa?” tanya Dylan.

“Complex trauma atau PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) keadaan dimana mental aku mengalami serangan panik karena trauma pengalaman di masa lalu aku Kak” jawab Letta dengan menahan bulir air matanya agar tidak terjatuh.

“Kamu pernah trauma apa?” tanya Dylan sedikit syok dengan apa yang barusan Letta ucapkan. Di mata Dylan Letta termaksud gadis yang ceria, baik, dan tanpa beban masalah di hidupnya.

“Aku anak Broken Home, Mama dan Papa bercerai saat aku masih kecil, Aku melihat kekerasan di dalam rumahku sendiri. Dan itu membuat jiwaku terguncang, Aku kesepian dan aku merasa Duniaku hancur pada saat itu Kak” ujar Letta mengingat masa lalunya, masa lalu yang membuatnya kuat sampai saat ini.

Dylan hanya bisa terdiam mendengar ucapan Letta, Dylan tak pernah menyangka jika gadis semanis Letta mengalami trauma.

***

Akhirnya mereka berdua pun sampai di rumah Letta. Tak ada pembicaraan lagi setelah itu, Letta tersenyum kepada Dylan.

“Terima kasih, Kak Dylan nggak usah khawatir karena itu hanya lah masa laluku sekarang aku hidup untuk masa depanku yang lebih baik. Ini bukanlah akhir tapi ini adalah awal agar aku menjadi lebih kuat. Seperti yang Kak Dylan bilang bahwa hidup itu seperti kopi rasanya pahit namun pahit itulah yang membuat kita kecanduan” ujar Letta dengan swnyum yang tak lepas dari bibirnya,  kemudian turun dari mobil Dylan.

Satu hal yang kini Dylan mengerti bahwa sesuatu yang terlihat baik-baik saja adalah suatu proses panjang yang mungkin dahulunya sedang tidak baik-baik saja.

Sumber: yoursay.suara.com

0 Response to "Gadis Pengunjung Cafe"

Post a Comment